Jika PKS dan PDI Perjuangan berkoalisi

Oleh Adrian | Pemred Kopdar.Online

Jika PKS dan PDI Perjuangan berkoalisi, Maka Ideologi dalam Partai Politik Masih Adakah?. “Ideologi adalah ilmu pengetahuan tentang ide – ide yang berkait tentang tujuan, jalan dan arah sebuah kelompok kecil maupun besar.”

Ideologi merupakan salah satu aspek krusial dalam politik, membentuk landasan pemikiran, tujuan, dan arah suatu kelompok. Konsep ini memiliki beberapa dimensi yang mencakup pemahaman tentang ide, apa nilai yang mengikat kelompok tersebut, dan menjadi akal kreativitas dalam merancang solusi alternatif dari persoalan yang dihadapi. Saking pentingnya ideologi dapat mempengaruhi identitas dan perilaku kelompok, serta menciptakan landasan yang kokoh untuk keberlanjutan mereka. Setidaknya ada 3 Dimensi yang bisa kita bahas terkait ideologi dan segala macam aspeknya.

Dimensi Pertama: Ilmu Pengetahuan tentang Ide

Di awal saya sampaikan, ideologi menjadi ilmu pengetahuan yang membahas tentang ide-ide yang terkait dengan tujuan, jalan, dan arah kelompok. Ide-ide ini kemudian memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anggotanya, membentuk identitas kelompok. Sebuah partai politik atau kelompok masyarakat harus memiliki pemahaman yang jelas terkait ideologi untuk mengarahkan langkah-langkahnya.

Secara awam kita akan dengan mudah melihat perbedaan antara PDI Perjuangan dengan PKS, seperti dua kutub politik tanah air. Seperti air dan minyak yang berpisah satu sama lainnya. Karna Ide dasar berdirinya kedua parpol tersebut memang sangat berbeda satu dan lainnya, peta dan tujuan pun jauh berbeda.

Dimensi Kedua: Kohesi atau Integrasi Kelompok

Kohesi atau kesatuan ide menjadi elemen penting dalam ideologi. Sebuah ideologi yang dianut oleh kelompok menciptakan kesatuan dan persamaan visi. Ini memperkuat identitas kelompok dan mendorong integrasi di antara anggotanya. Kohesi ini seringkali menjadi faktor penentu keberlanjutan dan keberhasilan sebuah kelompok.

Ini yang menjadi pertanyaan besar jika Pilpres berlangsung dua putaran. Khususnya bagi mereka yang sedang terlibat dalam peperangan politik Pilpres 2024. Seperti yang kita tahu, PKS yang seringkali di cap Partai Kanan mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Sedangkan PDI Perjuangan yang seringkai di cap Partai Kiri mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Melihat dinamika yang berkembang, terjadi komunikasi politik yang cukup massif diantara kedua kutub tersebut. Entah tujuannya apa, tapi menarik untuk diperhatikan ternyata Kohesi yang mengikat pemikiran mereka di internal bisa dengan mudahnya cair dan lebur demi kepentingan yang lebih besar lagi. Meraih Kekuasaan!

Dimensi Ketiga: Sifat Inventif dan Kreatif

Ideologi bersifat inventif, imajinatif, dan kreatif. Hal ini memungkinkan kelompok untuk merancang solusi alternatif dalam menghadapi permasalahan atau tantangan tertentu. Keberanian untuk berinovasi dan menciptakan solusi baru menjadi bagian integral dari sebuah ideologi yang dinamis dan relevan.

Bisa dibilang dengan memperhatikan jumhur survey terbaru jika berlangsung dua putaran, Pasangan Prabowo Gibran yang diusung partai semisal Golkar, Demokrat, PAN, PBB, Gelora dan PSI sudah memiliki satu tiket di Final. Sedangkan kubu lainnya yang saya sudah jelaskan diawal memperebutkan 1 tiket lagi.

Dimensi ketiga ini yang menjadi jawaban, akal pragmatis mereka akan menuntun pada ide kreatifitas yang baru. Bersatu dalam semua perbedaan yang dilalui selama ini. Karna sejauh ini, kampanye besar Prabowo Gibran adalah menyatukan 2 kutub hasil dari polarisasi pemilu-pemilu sebelumnya baik itu di Pilkada DKI 2017 maupun Pilpres 2014-2019.

Jika putaran kedua berlangsung, PKS dan PDI Perjuangan berkoalisi mendukung siapapun pasangan yang mendapat tiket, maka ide rekonsiliasi Prabowo Gibran menjadi katakan “kurang laku” enggak menjual. Karena sejatinya selama ini yang bertikai bukan Prabowo dan Joko Widodo, tapi kedua kubu ini. Kutub kiri dan kutub kanan.

Jika PKS dan PDI Perjuangan berkoalisi
Namun, muncul pertanyaan kritis terkait dengan ideologi partai politik saat ini. Apakah partai-partai politik saat ini benar-benar memiliki ideologi yang kokoh? Terlalu sering, ideologi hanya diidentifikasi melalui sejarah partai tanpa memberikan tujuan yang jelas, jalan yang pasti, dan arah yang tepat. Seringkali, identifikasi seperti sosialisme, nasionalisme, atau islamisme hanya menjadi label yang diberikan oleh pengamat berdasarkan sejarah tanpa memperhatikan ketiga dimensi ideologi tadi.

Politik Transaksional: Alternatif Ketiadaan Ideologi

Ketika ideologi kehilangan tujuan, jalan, dan arah yang jelas, politik transaksional menjadi alternatif untuk mempertahankan eksistensi. Ketiadaan kepentingan ideologi mengarah pada politik yang lebih berorientasi pada kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompok. Partai tanpa ideologi dapat disamakan dengan entitas mati, di mana politikusnya seperti jombi yang mencari teman untuk membohongi rakyat. Lantas apa yang bisa dibanggakan lagi dari PDI Perjuangan dan PKS oleh mereka kader-kader yang masih setia memperjuangkan ideologi Partainya.

“Dunia politik dunia bintang. Dunia hura-hura para binatang. Berjoget dengan asyik,” seperti yang diungkapkan oleh Iwan Fals dalam liriknya. Ini mencerminkan ketiadaan substansi dalam politik saat ini, di mana fokusnya lebih pada pesta dan kepentingan pribadi dan golongan tanpa adanya landasan ideologis yang kuat. Sungguh menyedihkan!

Dalam konteks ini, penting untuk menyadari kembali peran dan pentingnya ideologi dalam politik. Ideologi yang kokoh akan memberikan landasan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan kompleks dan tantangan yang dihadapi oleh suatu kelompok. Keberadaan tujuan yang jelas, jalan yang pasti, dan arah yang benar menjadi kunci dalam menjaga kehidupan ideologi.

Menghidupkan kembali semangat ideologis dalam partai politik dan kelompok masyarakat adalah langkah penting untuk menciptakan politik yang bermakna. Pemahaman mendalam terhadap ideologi, kohesi kelompok, dan kreativitas dalam merancang solusi alternatif akan membawa dampak positif dalam membangun masyarakat yang adil dan berkelanjutan. Sebuah ideologi yang hidup dan dinamis menjadi pendorong perubahan positif, menjadikan politik sebagai wadah untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar.

Check Also

Gerindra Di Dadaku, POLRI Di Hatiku, Kepemimpinan Prof. Dasco Dan Kapolri Listyo Sigit

Oleh : Abdullah Amas (Direktur Eksekutif ATUM Institute)   PARTAI Gerindra teruji menjadi Partai yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *