Kohati sebagai Role Model Gerakan Perempuan?

Oleh: Aliya (Wasekum Bidang Eksternal Kohati HMI Komisariat Lancaran, Guluk-Guluk, Sumenep)

SEJAK dibentuknya Korps HMI-Wati (Kohati) sebagai lembaga semi otonom Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada tanggal 17 September 1966 di Kongres HMI ke-VIII di Solo, maka signifikansi peran perempuan dalam organisasi dapat dilihat sejak saat itu. Perhatian HMI terhadap potensi dan peran penting yang dimiliki perempuan direalisasikan melalui hal tersebut.

Kohati dibentuk khusus untuk mewadahi perempuan yang tergabung dalam HMI. Tentu hal ini dilandasi oleh catatan historis yang mengiringinya serta kesadaran penuh bahwa sejak dulu kala perempuan selalu dianggap sebagai rumah pendidikan bagi anak dan keluarga – terlepas dari beberapa isu ketidak-adilan gender yang mengakar.

Meskipun semakin ke sini emansipasi wanita bukan lagi topik yang hangat untuk dibahas karena kondisi sosial yang mulai maju mengikuti peradaban, namun Kohati tetap eksis dan konsisten menjadi pembina pemudi bangsa dengan membawa nilai-nilai independensinya.

Dari itu, dalam setiap perguruan tinggi dan sosial masyarakat, Kohati mampu memunculkan output perempuan yang membangun dan menguatkan kebudayaan serta menjadi kontrol sosial politik sebagai bentuk akselerasi dalam mencapai tujuan-tujuan HMI.

Pada hari ini, 17 September 2023, tercatat sudah 57 Tahun Kohati berdiri menjadi wadah bagi para mahasiswi berproses menjadi muslimah berkualitas insan cita. Dalam setengah abad lamanya, banyak pencapaian Kohati dari masa ke masa yang tentu tidak lepas dari tujuan besar HMI:

 

“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (Pasal 4 AD HMI).

Maka dari itu, membina kader, meningkatkan kualitas perempuan yang kompeten dan mampu bersaing di ranah eksternal harus tetap menjadi prioritas sebagai bentuk refleksi tujuan dasar Kohati.

Perkariban Kohati dan Mahasiswa

Sebagai organisasi perjuangan yang mewadahi mahasiswa, Kohati dan mahasiswa memiliki keterikatan yang fundamental. Hal ini tidak lepas dari kesamaan keduanya sebagai salah satu komponen masyarakat terpelajar.

Tidak hanya cakap dan fokus pada pemberdayaan perempuan, namun secara bertahap Kohati mampu mewariskan tradisi intelektual yang kritis di kalangan mahasiswa dengan ciri khasnya yang independen.

Pola-pola tersebut tentunya tidak lahir begitu saja, akan tetapi diawali oleh kegiatan pembinaan kader yang dialektis, kritikal, dan terbuka serta dilakukan secara konsisten juga tabah seperti yang tercantum dalam Mars Kohati.

Selain itu, dalam pergulatan ambiguitas mahasiswa untuk bergabung dengan ORMEK tertentu, nilai-nilai keagamaan sering menjadi pertimbangan yang signifikan, maka Kohati berperan sebagai penetralisir dengan membawa atmosfer intelektualisme yang dipadukan dengan spritualisme, sebab Kohati memiliki prioritas output muslimah insan cita seperti yang sudah diterangkan di muka.

Dalam konteks Indonesia klasik ataupun modern, HMI dan Kohati sebagai gerakan moral force mempunyai rasa kontrol (sense of control) yang otentik, berada di garda terdepan dalam proses dinamika perubahan sosial dan politik yang ada di masyarakat, baik skala regional, nasional bahkan internasional.

Lebih khusus, dengan tugas pokok menjadi pembina, pendidik dan menyuarakan hak perempuan, Kohati selalu mengambil peran dalam wacana kesetaraan gender kaum perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia.

Kohati harus mampu berperan dalam agenda-agenda edukatif, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut tanpa memandang gender.

Kohati menyadari bahwa kesetaraan gender akan memperkuat kemampuan negara untuk berkembang dan memerintah secara efektif. Jadi, selain memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa, Kohati juga ikut aktif mewujudkan masyarakat madani berkeadilan gender sebagai salah satu goals dari program pemerintah yaitu Sustainable Development Goals (SDGs).

Sumber : Serikat News
SerikatNews.com

Check Also

Gerindra Di Dadaku, POLRI Di Hatiku, Kepemimpinan Prof. Dasco Dan Kapolri Listyo Sigit

Oleh : Abdullah Amas (Direktur Eksekutif ATUM Institute)   PARTAI Gerindra teruji menjadi Partai yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *