Kutipan Tulisan Netizen Ini Bahas Kenapa Pasar-Pasar Mati?

Persoalan matinya pasar-pasar tradisional menjadi bahasan kita hari-hari ini. Berikut salah satu tulisan netizen :

Persoalan meredupnya pasar Tanang Abang sebagai pasar tekstil terbesar di ASEAN itu , tidak sesederhana yang mungkin pemerintah pikirkan. Misalnya diatasi dengan pelarangan Tik Tok semua selesai. Meski menutup Tik Tok merupakan salah satu jalan yg benar, tapi sekali lagi belum bisa menyelesaikan masalah.

Matinya PASAR di era sekarang ini, sebetulnya sama dengan matinya seluruh perekonomian di dalam negeri. Bagaimana tidak pasar itu jantung perekonomian, baik pasar tradisional, modern maupun pasar modal.

Kalau suatu pasar di hulu seperti Tanah Abang mati, sejatinya perekonomian kita itu diambang collapse. Bagaimana tidak? Tanah Abang itu ramai karena menjadi pusat grosir, yaitu tempat kulakan pedagang daerah. Nah karena pasar di daerah -daerah pada mati, ya akhirnya nggak ada yg kulakan ke pasar Tanah Abang!

Nah kenapa pasar2 mati , termasuk pasar tradisional di daerah, ada dua hal :

1. Karena uang yg beredar di daerah sudah sangat minim atau hampir tidak ada. Sdh dalam berapa tahun ini petani hasil panennya hancur lebur. Kenapa? Karena pupuk subsidi gak ada dan pupuk non subsidi mahal, benih mahal, obat -obatan mahal. Demikian juga dengan para peternak, harga pakan ternak sangat mahal, sehingga mereka terpaksa menjual mahal telornya, padahal daya beli masyarkat ancur. Kemudian nelayan juga ekonominya ambrol, karena selain solar yg sulit di dapat, kapal-kapal mereka tdk bisa melawan kapal2 besar milik pengusaha besar dan kapal asing berbendera Indonesia. Dan yg paling membuat keadaan makin terpuruk adalah tutupnya pabrik2 , sehingga PHK masal dimana-mana, dan pengangguran pun merajalela.

Dalam keadan seperti itu diperparah dengan tumbuh suburnya judi on line. Rakyat yg dalam kondisi serba susah, mencoba -coba gambling ( tadinya iseng ) ikut judi on line, dan akhirnya bukan menang tapi kalah dan malah jadi kecanduan. Ironisnya saat ini yg main judi on line bukan lagi orang laki2 dewasa, tapi anak2 SD sampai Ibu2 Rumah Tangga, semua kecanduan judi on line. Saat uang habis mereka kemudian menggunakan Pinjol ( pinjaman On Line) yg bunganya mencekik leher. Nah bisa dibayangkan kalau uang makin kering kerontang di daerah, termasuk di desa – desa.

Saya melihat ini semua bukan teori atau cerita “katanya”, tapi saya melihat ini secara langsung, karena 4 tahun belakangan saya lebih banyak di daerah.

Kalau dulu dikasih BLT, PKH dll yg dalam bentuk tunai digunakan utk nyicil motor, beli pulsa atau beli paketan dan beli HP baru, sekarang bantuan BLT dll itu utk JUDI ON LINE.

Jadi Pak Presiden Jokowi, kalau toh tidak bisa mengatasi dengan cepat carut marutnya perekonomian kita, minimal tolong INSTRUKSIKAN Menkoninfo utk menutup situs judi on line dan juga Pinjol!!

2. Penyebab kedua matinya pasar2 off line termasuk pasar tradisional, selain karena masalah uang yg kering di daerah, juga karena perdagangan on line dan merajalelanya impor barang murah dari China.

Bukan hanya artis , dan public figur yg jualan On Line melalui berbagai platform, mulai Tik Tok , Soppee , Bukalapak dll, tapi juga pedagang besar ( produsen) dan distributor besar ikut jualan on line ( eceran atau grosir), lah gimana nggak urat nadi perdagangan mati total, lha produsen besar bisa berhubungan langsung dengan konsumen!! Nah dengan rantai terpotong kayak gini, kan pedagang kecil dan menengah langsung musnah , makanya Tanah Abang sepi pedagang yg kulakan. Lagi, terjadi pengangguran yaitu MANTAN pedagang!!

Masih mending produsen dalam negeri yg berhubungan dengan konsumen, banyak produsen luar negeri ( China terutama) yg langsung berhubungan dengan konsumen Indonesia. Anak saya pernah beli mainan di on line dikiranya dijual di toko Indonesia, tidak taunya dikirim dari produsen China!

Belum lagi importir2 barang murah dari China yg menjual barang2 murah langsung ke konsumen, ya modarlah pedagang di pasar tradisional. Ditambah banyak artis atau seleb medsos (youtuber, Tik Toker dll) yg kulakan langsung ke Thailand atau Hongkong kemudian berjualan melalui on line.

Nah ruwet kan persoalan kita? Mengapa bisa demikian? Karena kita salah konsep dalam membangun perekonomian kita! Tidak ada perencanaan yg matang. Semua proyek digarap grasah -grusuh.

Penguatan pembangunan ekonomi bawah tidak dilakukan , tiba -tiba saja membangun infrastruktur yg tdk langsung bermanfaat bagi rakyat kecil, misalnya jalan tol, bandara, pelabuhan, kereta cepat dll yg semua itu tdk langsung mendorong ekonomi rakyat. Semua itu fasilitas2 utk konglomerat! Boleh saja membangun infrastruktur tapi harus dibarengi membangun ekonomi rakyat!!

Pak Jokowi yg sangat terpengaruh dan membanggakan pada madzab ekonomi berbasis E ( mungkin karena penasehatnya anak2 muda yg gak paham riil kondisi rakyat Indonesia), jadinya pada saat semua perdagangan dilakukan berbasis E , produsen UMKM kita termasuk petani dan peternak yg ambruk dan mati , karena gak siap bersaing dng produsen lain seperti China yg bisa menjual barang murah.

 

Sebetulnya di saat kita belum menata produsen di dalam negeri, jangan sok -sokan dengan meliberalkan perekonomian berbasis E. Cobalah belajar dari Pak Harto, dulu industri -indutri di dalam negeri dilindungi, dan tidak semua investasi dibuka utk asing, atau konglomerat. Misalnya pengusaha besar gak boleh masuk usaha kecil dan menengah. Nah sekarang Indomart dan Alfamart saja merajalela di desa-desa, padahal itu punya konglomerat! Ya matilah toko-toko atau warung2 punya rakyat biasa!

 

Kenapa Indonesia tidak belajar dari India,Thailand dll, yg menguatkan ekonomi di kelas rakyat seperi pertanian, peternakan, dan perdagangan UMKM? Coba lihat India, kita dulu suka ledek India negara miskin, negara nehi -nehi, tapi hebatnya India bisa swasembada pangan untuk 1,4 miliar penduduknya bahkan bisa ekspor beras! India juga sudah bisa menerbangkan penelitinya ke bulan. Lha kita ? Lha kita Negara sebesar Eropa dng penduduk 280 juta saja, berasnya impor dari India.

Sedih gak? Perekonomian kita itu salah konsep dan pemerinta salah memilih penasehat termasuk salah memilih menteri2 ekonomi. Kalau disuruh acara joget2 dan hura2 menteri2 kita mah memang juaranya, tapi kalau disuruh memakmurkan rakyat mah ..maaf gak nyampai !

dikutip dari FB NSD

Check Also

Dua S Terkait Seringnya Konsolidasi Komandan Dasco Di Banten

Oleh : Abdullah Amas (Direktur Eksekutif ATUM Institute)   Menghadiri Koordinasi Pemenangan Pemilihan Kepala Daerah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *